Jumat, 04 Februari 2011

Rainbow in my eyes part. 1

‘’kkrrriiiinnggg”, alarm weker Ha Ni berbunyi. Tanpa sadar Ha Ni mematikan jam wekernya dan kembali melanjutkan tidurnya.”Ha Ni…Ha Ni…”apa kau tidak pergi kuliah”, sahut ibu nya.”aa..aahh..ya..”,sahut Ha Ni sekenanya. Ha Ni belu benar-benar tersadar dari tudurnya. ‘’haaaa…. sudah jam 7 aku terlambat”. “Bagaimana ini?”. “Haduh celaka hari ini ada janji dengan profesor Made”, Ha Ni bergumam seorang diri. Profesor Made adalah dosen pembimbing skripsi Ha Ni, beliau orang Indonesia, tepatnya Bali.
            “omma…kenapa tidak membangunkanku”? Tanya Ha Ni pada ibunya. “apa…tidak membangunkanmu…”,ibu Ha Ni mulai kesal pada putrinya. “kau ini selalu minta ibu yang membangunkanmu, aku sudah membangunkanmu berulang kali tapi kau yang tidak mau bangun”,jelas ibu Ha Ni marah. Ha Ni segera menghabiskan rotinya dan segera pergi ke kampus sambil berharap dosennya belum datang.
            Ha Ni merupakan mahasiswi semester akhir di Universitas Parang. Ia mengambil fakultas keguruan jurusan matematika (ceritanya keren banget tuch jurusan…). Ha Ni lega sekali ternyata dosen yang ia tunggu belum datang. Ha Ni duduk di bangku dekat ruangan Profesor Made sambil membaca kembali referensi penunjang skripsinya.
            Tak lama datanglah orang yang ia tunggu.”oh, Made gyosunim, annyonghaseyo”,sapa Ha Ni dengan hormat.”oh, Ha Ni kau datang menepati janji”. “Maaf membuatmu lama menunggu”, kata prof.Made. “Aniyo”, sahut Ha Ni. “Derooseyo”, kata prof. Made. “berikan skripsimu, apa kau sudah mengusasai semuanya”,Tanya Prof. Made. “Yé, jawab Ha Ni. “Baiklah, kau sudah memperbaiki semua koreksi yang kuberikan minggu kemarin, semuanya telah dikerjakan dengan baik jadi kau bisa mengikuti siding akhir lusa”. “lusa”? Ha Ni terkejut mendengar perintah dosennya.
            Ha Ni keluar dari ruangan Prof. Made dan masih bingung memikirkan perintah dosennya itu. “Bagaimana ini, waktunya hanya 1 hari untuk menyiapkan semuanya”, huhh.. keluh Ha Ni. Ha Ni menuju gazebo di halaman kampusnya dan menceritakan semua yang dialaminya kepada sahabat. “Ha Ni kau tidak boleh menyerah, kami semua akan membantumu”,sahut Geul. “Haa..” Ha Ni masih tidak percaya. “Dalam waktu 1 hari”?tanya Ha Ni. “Serahkan semuanya padaku, kau hanya perlu belajar untuk ujianmu”, Geul menekankan. “Benarkah”?”oh, Geul kau memang sahabatku yang paling baik”,Ha Ni tersenyu lebar. Selesailah sudah satu masalah ku gumam Ha Ni sambil memeluk Geul.
            Sementara itu ditempat lain, tampak seorang pria sedang sibuk dengan gambar desain sebuah rumah. Seung Jo namanya, ia mahasiswa semester akhir jurusan arsitektur. “Seung Jo’’, sapa Wu Bin. “Apa yang kau buat itu”?tanya Wu Bin. “Tuan Park meminta ku untuk membuatkan sebuah desain rumah”, jawab Seung Jo. “Ada apa kau tiba-tiba kemari”?tanya Seung Jo. “Ah, tidak”,jawab Wu Bin. “Kau bisa menambahkan beberapa bunga dan batu-batuan di sebelah sini, ini akan membuat lebih sejuk dan nyaman”, kata Wu Bin. “Kau benar”, sahut Seung Jo. “Seung Jo, sebenarnya aku ingin kau menemai ku ke rumah Yu Kyung”, kata Wu Bin. “Dia itu kan kekasihmu, kenapa kau selalu mengajakku ketika menemuinya”?tanya Seung Jo. “Ah, tidak apa-apa”, sahut Wu Bin. “Apa kau tidak takut jika suatu saat Yu Kyung menyukaiku”? Tanya Seung Jo. Wu Bin menatap mata Seung Jo dan mengatakan “Kau sahabat ku, aku percaya padamu kalau kau tidak akan mengkhianati ku”. Wu Bin tersenyum dan berkata “ayo kita pergi”.
Seung Jo bersahabat dengan Wu Bin sejak mereka masih di Taman Kanak-kanak. Mereka sudah seperti saudara yang saling melindungi satu sama lain. Mereka selalu pergi bersama termasuk ketika menemui kekasih Wu Bin. Segala sesuatunya mereka lakukan bertiga karna Seung Jo, Wu Bin dan Yu Kyung sekelas.
“Mi Sun”, ayahnya memanggilnya. “ya”, jawab Mi Sun. “kemarilah, ayah ingin bicara padamu”, sahutnya. “apa yang ingin ayah bicarakan”?tanya Mi Sun. “hm..hah..”,ayah menarik napas. “sampai kapan kau akan terus seperti ini”?tanya ayah. “apa maksud ayah”? Tanya Mi Sun. “ Sampai kapan kau akan terus bekerja diperusahaan itu”?tanya ayah. “ayah tidak suka aku bekerja disana”?tanya Mi Sun kembali. “bukan ayah tidak suka kau bekerja di sana, ayah hanya mengharapkan kau memiliki pekerjaan yang lebih baik. Pekerjaan yang akan membuat masa depanmu menjadi baik”, kata ayah. “ayah ingin aku berhenti dari pekerjaanku”, Tanya Mi Sun. “tidak, bukan begitu. Aku hanya ingin kau memikirkan kembali tawaran ku dulu pada mu, semua keputusan ada padamu, aku percaya kau bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk masa depanmu”.
“Geul, aku benar-benar gugup bagaimana ini”? kata Ha Ni. “Tenanglah tidak akan terjadi apa-apa”, Geul menenangkan. “tarik napasmu, kau akan merasa sedikit lega”, perintah Geul pada Ha Ni. Ha Ni pun menarik napas sesuai anjuran sahabatnya itu. “waktunya tiba, ayo masuk”, “Ha Ni, semangat”! sahut Geul.
Ha Ni mengikuti ujian akhir selama dua jam dan ia dapat menyelesaikan semua pertanyaan dengan baik. “Yu Ha Ni, kau lulus dengan predikat A”, kata ketua ujian pada Ha Ni. Ha Ni bersorak kegirangan dalam hati. Ha Ni keluar ruang ujian dan langsung menemui Geul. “Geul, aku lulus, coba lihat ini”,kata Ha Ni. “Mana coba ku lihat”, sahut Geul. “wah..bagus sekali, Ha Ni kau hebat”!, seru Geul. “Chukhahammnida”, kata Geul.
“omma…omma…”, teriak Ha Ni sesampainya di rumah. “omma, coba lihat ini”! pinta Ha Ni. “apa ini”?tanya nya. “aigho,,kau lulus dengan sangat memuaskan”, kata ibu Ha Ni. “kau memang putri ku yang paling hebat”!, serunya. Ibu Ha Ni segera menelpon suaminya. “apa kau dan Ji Hu bisa pulang lebih awal hari ini”? tanyanya. “tentu, ada apa”? Tanya ayah Ha Ni. “tidak apa-apa, pulanglah lebih awal”, pinta ibu Ha Ni. Ibu Ha Ni menyiapkan perayaan kecil untuk Ha Ni.
Malamnya. “oh, kalian sudah pulang”, seru ibu Ha Ni. “ayo kita berkumpul disini”, katanya. “Hari ini Ha Ni menyelesaikan ujiannya dengan baik, dia memperoleh nilai yang sangat memuaskan”, ibu Ha Ni berkata. “benarkah”? sahut ayah Ha Ni. “ye”, sahut Ha Ni dengan semangat. “oh, bagus sekali”! ayah Ha Ni sangat puas dengan prestasi putrinya itu. Ji Hu kakak Ha Ni, kedua orang tua Ha Ni dan Ha Ni merayakan keberhasilan Ha Ni dengan perayaan kecil di rumah.
“Wu Bin..aku ingin mengakhiri hubungan kita”, pinta Yu Kyung. “apa”? Wu Bin kaget mendengarnya. “tapi..kenapa? apa aku berbuat salah padamu”?tanya Wu Bin. “tidak kau tidak salah apa-apa, akulah yang bersalah padamu”!serunya. “aku menyukai sahabatmu”! jawab Yu Kyung dengan ragu. Wu Bin sangat kaget, ia terbangun dari tidurnya. “hah..untunglah hanya mimpi”.
Ponsel Wu Bin berbunyi, ternyata sms dari Yu Kyung. “temui aku besok sore di tempat biasa”. “kenapa malam-malam begini dia menghubungiku, tidak biasanya” gumamnya dalam hati. Setelah itu ia pun melanjutkan tidurnya.
“ayah”! seru Mi Sun. “aku sudah memikirkannya dengan baik, aku rasa aku menerima saran ayah”, kata Mi Sun. “maksudmu”? Tanya ayah Mi Sun. “aku akan menjadi guru tapi aku juga tidak akan berhenti dari perusahaan itu”, jelas Mi Sun. “bagaimana mungkin”? Tanya ayahnhya. “ya, ayah. Aku akan menjadi guru di Jeju dan aku juga tetap bekerja di perusahaan itu. Bos ku setuju aku dipindahkan ke cabang di Jeju dan juga beliau menyetujui kalau aku hanya kerja paruh waktu”, jelas Mi Sun. “ehm..apa itu sudah keputusanmu”? Tanya ayah kembali. “ya, ayah”.  “aku takkan mengecewakanmu, tenang saja”,kata Mi Sun. “aku akan pergi ke Jeju pertengahan tahun ini”. Ayah hanya tersenyum “kau benar-benar keras kepala”. “karna aku anak ayah”, balas Mi Sun dengan senyumannya.
“Wu Bin, maaf membuatmu menunggu”, sapa Yu Kyung. “tidak masalah”, sahut Wu Bin. “ada apa”? Tanya Wu Bin. “aku..aku..haahh..”, Yu Kyung menarik napas. Ia kembali mengatur napas agar detak jantungnya stabil. “aku ingin meminta sesuatu darimu”? kata Yu Kyung. “katakanlah”! seru Wu Bin. “aku ingin kita mengakhiri hubungan kita”,pinta Yu Kyung. “apa”? Wu Bin sangat terkejut mendengarnya. “tapi…tapi..kenapa”?tanya Wu Bin. “karna aku menyukai sahabatmu”,jawab Yu Kyung. Wu Bin sangat shock mendengarnya, Yu kyung pun meninggalkan Wu Bin tanpa penjelasan.
“Seung Jo, bisakah kau menolongku”?pinta Wu Bin. “berikan surat ini pada Yu Kyung, aku mohon”,kata Wu Bin. “baiklah”, Seung Jo menyanggupi. “sebenarnya apa yang terjadi antara kalian”?tanya Seung Jo. “tidak, tidak terjadi apa-apa”, sahut Wu Bin.
Seung jo menyerahkan surat itu pada Yu Kyung. Yu Kyung membaca surat itu yang berbunyi:1)
Kelak aku tak akan bertanya padamu dipersimpangan itu
Mengikutiku atau aku meninggalkanmu
Aku tak peduli pada apa yg telah kita lewati
Aku hanya tahu bagaimana nanti
Dan untuk itu, aku masih menggenggam tanganmu

Sekarang kita disini
Yang didepan kita adalah pilihan
Yang aku ingin , biarlah hati kita memilih

Apakah kita akan berhenti disini?
Atau aku bisa tetap menggenggam tanganmu hingga nanti.

Yu Kyung melipat surat itu. “katakana pada Wu Bin kalau aku memilihmu Kim Seung Jo”, kata Yu Kyung dan ia berlalu. Seung Jo masih bingung dengan perkataan Yu Kyung.
“apa yang sebenarnya terjadi’?tanya Seung Jo pada Wu Bin. “apa yang Yu Kyung katakan padamu”? Tanya Wu Bin. “dia berkata kalau dia memilihku”, sahut Seung Jo. “seperti itulah keadaannya, dia menyukaimu”, sahut Wu Bin. “ini benar-benar tidak masuk akal’, seru Seung Jo. Wu Bin meninggalkan Seung Jo.

1)     “Diantara Pilihan Hati” oleh Artha Alhitya


Sejak kejadian itu Wu Bin benar-benar menghilang. Semua tempat dimana Wu Bin sering datangi pun tak ada. Seung Jo benar-benar pusing mencari Wu Bin. Rasa khawatir dan bersalah pada sahabatnya itu menjadi beban yang sangat berat baginya. “sebenarnya dimana kau saat ini”.

Kembali pada Seung Jo dan Yu Kyung.
“Seung Jo, bagaimana menurutmu perkataan ku waktu itu”.
“Lupakan saja”. “ kau akan menyesali perbuatanmu itu suatu saat nanti”.
“Benarkah”?. Yu Kyung sedikit mengejek. “bukankah dalam hati kau juga tertarik padaku”.
“mungkin”. “ada tiga syarat untuk bisa menjadi pacarku”. “pertama dia harus pintar, kedua dia harus menarik, dan ketiga dia bukan mantan pacar temanku atau sahabatku”. “bukankah kau juga sudah tau tabiatku”? “ aku tidak pernah manjalin hubungan dengan seseorang lebih dari satu bulan”. (ceritanya si Wu Bin ini playboy abiz…tp sebenarnya dia Cuma menyukai satu org aja..)
“hah…sombong sekali”.

Seung Jo berlalu begitu saja meninggalkan Yu kyung.
Di kamarnya Seung Jo memandangi sebuah sapu tangan bertuliskan nama Ha Ni.
“dimana kau saat ini”? “apa kau tau saat ini aku telah kehilangan dua orang yang paling berharga dalam hidupku”. “kau dan Wu Bin meninggalkan ku sekarang”.
“apa yang bisa kulakukan sekarang”. “kemana lagi aku harus mencari kalian berdua”.
“Ha Ni, kesalahan terbesarku adalah membiarkan mu pergi”.
Seung Jo teringat akan puisi yang akan diberikannya pada Ha Ni, sebelum Ha Ni pergi. Ia membacanya kembali.2)

Mana tunas rembulan yang setiap malam kau gantungkan di langit kamarku?
Bintangku menangis di balik awan gemawan pekatmu.
Anginmu meniupkan ruh rindu yang bertahta di hatiku yang kelu.

Rimbun di hati sebuah rahim cinta yang melahirkan sebuah kerinduan. Kebahagiaan membalur jiwa setiap orang yang ditawan olehnya. Kesakitan pun akan menghujam atas bahagia yang hanya kita sendiri yang merasakannya. Bagiku.

Malam ini aku merasakan kesakitan atas kebahagiaan. Karena aku tertawan oleh rindu kepada rembulan yang biasanya ia menyinari kamarku. Terangnya pun melebihi terang lampu. Kau harus tahu, kalau rembulan itu sanggup menembus dinding hatiku yang kelam gulita seperti pekat langitmu malam ini. Ia mampu meluruhkan niat-niat negatifku menjadi ruh positif yang memayungi tidurku.

rindu rembulan di malam gulita
meraba-raba cahaya
rindu kutemui di buta mata

Keesokan harinya Yu Kyung kembali menemui Seung Jo.
“kau masih ingin mencarinya”?
“apa kau masih perduli dengannya”?
“hmm…tidak”. “aku hanya perduli padamu”.
“jadi kau masih belum menyerah”?
“apapun akan ku lakukan”. “kau mengerti”?
“kau benar-benar keras kepala”. “hmm..baiklah, apa maumu”?
“kau tentu sudah tau”.
“baik, kau jangan menyesal”.
“aku tidak akan pernah menyesal”.

2)     “Surat Malamku Untukmu Bag.1” (puisi cinta) oleh Artha Alhitya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar