Senin, 16 Mei 2011

Sebait Cinta Tuk Normayani

sebuah ucap kata menelusuk kalbu
menguntai asa yg kian menyesak
di setiap larik saraf otak

ketika angin berhembus
melenakan setiap orang akan sepoinya
terlena karna melenakan
maka ia akan kembali datang
dengan lebih menyakitkan

sayangku...
jangan kau harap lagi
angin lembut sepoi itu kembali datang
karna ia sesungguhnya
menghantarkan badai
ketika pagi akan menjelang

sayangku...
baiknya kau nantikan gerimis nan syahdu
di awal musin yang indah
karna ia akan membawa kesejukan
di hati lembutmu

Rabu, 04 Mei 2011

Seputar UN 2011 SMP N 8 Tanah Grogot





sapa tuch yg toleh-toleh !!




serius banget sepertnya ^_^


Ujian Nasional memang menegangkan dan menguras pikiran.
Ada yang serius, ada yg pegang-pegang kepala (pusing kali ya....), ada yang nyantai, ada yang tolah-toleh. sampai-sampai ada yang sempet baikin rambut !
ckckckck...

Senin, 02 Mei 2011

Perkalian 11

1 x 11 = 11
2 x 11 = 22
11 x 11 = 121
... x 11 = ...

Tentu kalian hapal dengan perkalian tersebut. Akan tetapi bagaimana jika bilangannya besar, tentu akan sulit mengalikannya dengan cara yang biasa.
kalian bisa coba cara di bawah ini:
contoh:
1234 x 11 = .....

Angka pertama dan terakhir selalu tetap. selanjutnya tinggal menjumlahkan angka sebelumnya dengan angka dibelakangnya.

1234 x 11 = 13574

1 merupakan bilangan pertama selalu tetap.
3 diperoleh dari 1 + 2 = 3
5 diperoleh dari 2 + 3 = 5
7 diperoleh dari 3 + 4 = 7
4 merupakan bilangan terakhir selalu tetap.

Mudah bukan,,,
Cara ini berlaku untuk penjumlahan tidak lebih dari 9

Selamat Mencoba

Hujan Yang Singgah

By Artha Alhiyta

hujan telah membawa banyak kisah tentangnya
menyimpannya di sudut langit utara
hingga kelak ketika musimnya tiba
angin utara mengaraknya ke arahku
lalu menjatuhkannya di atas pijakanku
berebut turun seperti rindu akan bumi

pun hujan tahu bahwa ia hanya sementara
nanti mentari akan membuatnya menguap
melayang kembali membentuk awanawan
mungkin aku hanya berselisih waktu semusim
meski hujan tak pernah berjanji
tapi ia pasti kembali

hujan ini masih kerap singgah
mengulas kisah pada satu hari yang temaram
hingga senja mengajak mentari pulang

Hujanku Bagai Kehilangan Cermin

By Artha Alhitya

Aku mmenjulurkan telapak tanganku, saat itu juga terasa titik-titik dingin meresap pori-pori kulit. Hujan. Sudah lama aku tidak seperti ini merasakan air hujan membasahi tubuh. Aku rindu saat-saat aku berlarian dengan kaki telanjang, telapak kakiku menghantam permukaan aspal, sementara sepasang sepatu berwarna hitam  sengaja  dijinjing ditangan kanan. Aku tak peduli basah kuyup seluruh badan padahal yang kekenakan adalah seragam sekolah satu-satunya. Ah, peduli apa toh bunda selalu punya akal agar esok aku bisa menggunakannya lagi.

Sudah 20 tahun lewat masa itu. Perlahan kebahagiaan itu hilang dari ingatan karena terisi oleh pemandangan-pemandangan baru yang kutemui setiap pergantian waktu. Pemandangan dan kisah yang kadang membuatku terpana, takjub tak jarang juga membuatku meneteskan air mata. Bahkan aku lupa bagaimana wajahku mulai berubah setiap waktunya. Aku lupa untuk membawa cermin. bahkan aku pun tak mampu menyadari cermin itu telah retak dan  melukai orang lain. Entah bagaimana mengobati luka yang menggores. Maaf aku lupa. aku ingin mengucapkan itu. Kenyataannya tak sesederhana itu. Maaf dan memaafkan terlalu mudah untuk diucapkan tapi goresan itu ternyata masih membekas. Sulit dihilangkan. Walau bagaimana aku tak mampu memaksa bahwa orang lain mampu memakluminya. Hingga akhirnya aku mampu memaklumi bahwa memang tidak mudah untuk memaklumi sebuah luka. Dan aku percaya bahwa  ini adalah cermin pengganti untuk kisah selanjutnya.