Sabtu, 30 April 2011

Hening

By Artha Alhitya
Kembali kuingat kejadian sore kemarin.
Gadis kecil berbaju putih itu berlari sambil memeluk erat balonnya.
Mengecoh hujan dengan kakinya yang lincah berbalut sepatu putih.
Tapi, dia tidak menyadari, bercak-bercak merah menodai sepatunya.
Mengalir dari roknya yang luntur, dan dia juga tak menyadari bahwa roknya berwarna putih.
Karena mungkin ibunya tak sanggup membelikan rok merah yang baru.

Dia terus berlari, menerobos rerintik hujan.
Memeluk lebih erat agar balonnya tidak terbang, tidak terbawa hujan, atau mungkin tidak terkena petir yang menggelegar.
Dia tak mengenal takut.
Tiba-tiba, "Daaarrrr!!!!" pecahlah sudah balon putihnya itu.
Menangislah dia sejadi-jadinya saat itu, meratapi balonnya yang pecah, sambil memegang dadanya.
Tangisnya tak mereda bersamaan hujan, malah suaranya menggelegar menggantikan petir.
Menyambar, memecah telinga dan mendesakku berpikir.

Terkadang, bukan "apa" yang diberikan seseorang dalam hidup dan menjadi penting, tetapi "kenapa" seseorang melakukannya.
Terkadang kita terlalu "takut kehilangan" sesuatu, sedangkan kita sendiri "penyebab" sesuatu tersebut hilang.
Terkadang kita menginginkan sesuatu "kembali" seperti "semula", tetapi tidak menyadari bahwa "waktu" tidak "berjalan mundur"
Terkadang kita "meratapi nasib", tetapi tidak menyadari bahwa air mata "tidak menghapus" masa lalu kita.
Terkadang kita merasakan "sakit hati" berusaha menenangkannya dengan "memegang dada", tetapi seharusnya kita harus lebih banyak "bercermin".
Terkadang kita "membenci suatu peristiwa", tetapi ternyata itulah yang "mendewasakan" kita.

Teman, mari kita bantu gadis kecil itu, (yang tak lain adalah "ego" kita sendiri), dengan "caramu sendiri".
Karena yang bisa "menyelamatkanmu" cuma "dirimu sendiri".


menurutmu bagaimana??????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar