Senin, 20 Januari 2014

Permataku

Dikeheningan aku duduk sendiri, menarik dalam nafas ini dan mengembuskannya dengan berat hati, bukan karna tak ingin hidup lagi, tapi karna ada beban di hati. Beban rindu yang tak kunjung padam, walau kau tlah kutemui akhir tahun lalu. Malah tumbuh subur bak cendawan di musim hujan, kau memenuhi semua selok dalam rongga kepalaku, membuat sesak dalam setiap tarikan nafasku.

Kau permata hatiku yang senantiasa ingin kupeluk dan kucium detik waktu yang berjalan. Tapi apalah daya, waktu, jarak dan kepentinganlah yang memisahkan kita. Cita-citaku yang terlampau tinggi membuatku jauh darimu. Salahkah aku dimatamu, aku mohon jangan salahkan aku. Cukuplah sudah kau menghukumku dengan rasa rindu yang begitu amat berat. Rindu yang setiap waktu seakan ingin menikamku, mencabik-cabik hatiku. Luka dan perih sudah rasanya hati ini, ingin ku bunuh waktu dan kukembalikan seperti sedia kala. Kembali ke waktu aku tak paham apa itu rindu, waktu dimana kita selalu bersama. Oh, permata hatiku bantulah aku menepis rindu ini, bukan untuk melupakanmu tapi untuk menjaga rindu ini hingga tiba waktunya aku datang menemuimu, bantulah aku untuk menenangkan hati yang bergejolak karna rindu, tak ingin ku hancur karna rindu karna aku tlah hancur karna aku tak paham apa itu rindu.

Permata hatiku tunggulah aku, hingga bangku itu tak lagi kosong karna aku. Permata hatiku cintaku selalu untukmu.

Teruntuk permata hatiku, cinta terbesarku ayah dan ibuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar