Sabtu, 21 Januari 2012

FEBRUARI & CAPPUCCINO


Gerimis menyapa lembut kota tua ini, ku hirup dalam udara, terasa begitu dingin menyejukkan. Ku jejakkan langkah kaki menuju sebuah taman di sebuah sudut kota, tak lupa ku bawa dua gelas kopi cappuccino kesukaan kita. 

Hari ini awal Februari, kita akan bertemu di taman yang sudah kita janjikan. “Setiap awal Februari, kita ketemuan ya, di tempat biasa”. “gak boleh telat, bawa cappuccino sekalian”, selalu seperti itu yang kau katakan disetiap akhir telponmu di 31 Januari. Itulah sebabnya aku selalu bahagia bila awal Februari, karna hanya 1 hari dalam setahun aku dapat bertemu denganmu.

Kuhentikan langkahku pada sebuah bangku yang masih kosong, itu artinya aku tidak terlambat, kau masih belum datang. Ku nantikan hadirmu di taman itu dengan menikmati cappuccino hangat nan harum. Ah, aku selalu suka wanginya, harum dan menyegarkan menelisip hingga syaraf-syaraf otakku, membuatku semakin rindu padamu.

Sepuluh tahun lalu ku mengenalmu, sampai saat inipun ku masih tak mengerti mengapa aku begitu menyayangimu. Apakah karna kau begitu baik atau jahat atau kau adalah orang yang sangat kesepian? Aku juga tak mengerti. Hanya saja aku selalu merasakan nyaman jika berada di dekatmu. Hhhh… cappuccino ini lah yang membuatku mengenalmu. Kau adalah mahasiswa paling bandel di kampus dan lebih parahnya kamu dan teman-temanmu senang sekali mengusili mahasiswa baru. Hingga di hari itu, karena keusilanmu aku benar-benar marah dan menyiramkan segelas cappuccino padamu.
Aku ingat betul, bagaimana raut wajahmu saat itu, merah masam berbagai jenis rupa dan setelah itu, sudah pasti hidupku jauh lebih sulit. Berbagai macam keusilanmu makin merajalela, tapi lama kelamaan karna terlalu sering berurusan denganmu, sedikit demi sedikit ku mulai mengenal seperti apa dirimu. Seseorang yang begitu kesepian dan itu menurutku sangat menyedihkan. Aku tidak terlalu ingat persisnya, tapi setelah itu kami menjadi teman baik yang saling menyayangi.
Kulirik arlojiku, sudah jam 8 malam dan cappuccino ku pun sudah ludes berpindah dalam perutku tapi kau masih juga belum datang. Ini adalah tahun kelima aku menantimu di sini, dibangku ini dan di taman ini seperti yang kita janjikan. Tak pernah ku lewatkan sekalipun hujan, aku selalu datang tepat waktu di sini, aku tak mau membuatmu kecewa walau pun aku tau mungkin atau bahkan kau takkan pernah datang kesini. Burung besi itu sudah menghempaskanmu ke laut lepas lima tahun lalu dan hingga kini tak pernah ku tahu dimanakah dirimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar