Tampilkan postingan dengan label CERPEN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CERPEN. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 Januari 2012

MY LITTLE CAT " MUNGIL "

Hallo... perkenalkan, namaku Mungil. Lucu kan nama ku hehehehe...

Mungil si pus yang saya pelihara semenjak dia lahir. Kenapa namanya mungil, karna waktu dia masih kecil, emang bener-bener mungil dan ngegemesin. Awalnya memang gak kepingin sama sekali yang namanya melihara kucing, namun jiwa berprikehewanan ku tak memboehkannya hahahaha...

Alkisah (wes...kaya dongeng aja nich...) 11 bulan lalu, ada seekor induk kucing yang melahirkan di samping rumah, gak nanggung-nanggung langsung 5 bo' anaknya. Nah, salah satunya si Mungil itu. Karna kita semua sekeluarga sibuk, gak kepikiran sama sekali sama yang namanya punya hewan peliharaan, selain ribet juga males ngurus ini dan itu. Selang beberapa hari kemudian, satu per satu anak kucing itu mati, hingga tersisa satu ekor, itu pun dah lemes kaya mayat hidup aja. Akhirnya di malam yang dingin dan hujan (kaya' di sinetron2) di adopsilah si kucing satu paket (induk ma anaknya), takut mati soalnya udara di luar dingin banget.

Kita pikir tu anak kucing bakalan mati, lemes n kurus banget sih (waktu itu blum saya kasih nama) tapi setelah beberapa hari ternyata kondisinya makin membaik. Dia kembali sehat walaupun belum gemuk, tapi udah ceria lagi. Sedikit demi sedikit lama kelamaan mulai gemukan dech. Dulu saya suka panggil dia " si bibir mungil " karna bibirnya berwarna merah dan mungil banget. Kan ga lucu tu kalo di panggil sepanjang itu, akhirnya dipanggillah " Mungil ". Sepertinya dia juga suka tuch dipanggil " Mungil ".

Nah sekarang si pus dah 11 bulan umurnya, bulan depan dia ultah yang pertama. Walaupun sedikit repot tapi seneng juga punya hewan peliharaan, apalagi kita pelihara dia dari masih kecil jadi kita tau bagaimana proses perkembangannya. Awalnya sempet heran juga dengan berbagai tingkah polahnya, kadang lucu kadang juga nyebelin. Kucing di 6 bulan pertama rasa pengen taunya gede banget, kalo manusia mungkin sekitar 1 - 4 tahun kali ya. Di masa-masa itu, si pus aktif banget bermain dan mau tau apa aja, mau ngerasain makanan apa aja. Sebenarnya di umur-umur seperti inilah kita bisa ngedidik dia, mulai dari belajar mandi, pup ditempat yang benar ampe makan makanan yang bersih dan yang gak kalah penting ngajarin dia hafal ma nama dia.

Ada sebuah kejadian yang bikin saya ngerasa bahwa sebenarnya kucing juga punya perasaan seperti manusia, dia juga punya emosi yang gak berbeda jauh dengan kita. Sekitar sebulan yang lalu, saya ma temen-temen pergi weekend ke Balikpapan selama 3 hari. Si pus ditinggal di rumah, kan gak mungkin di tenteng kemana-mana. Waktu mau pergi gak pamit ma dia, soalnya buru-buru dan dicariin gak ketemu ngumpet dimana. Ok, sampailah saya di tujuan dan gak lupa tetap mantau via telpon dengan orang rumah. Awalnya aman terkendali, bisa happy2 dong. Malam berganti, biasa telpon orang rumah tuk pastiin si pus dah dikasih makan ato belum, ternyata eh ternyata si pus ngambek gak mau makan, kerjanya tiduran aja. Saya pikir besok juga mau makan kalo dah laper banget, ternyata dia gak mau makan juga walaupun dah disodorin dengan ikan yang lezat, dia tak bergeming tetap tiduran. Hari ketiga si pus dah lemes soalnya dan 1 hari 2 malam gak makan cuman minum air putih doang.

Habis cari oleh-oleh ini dan itu, cepat-cepat dech balik, apalagi ingat si pus yang gak mau makan. Sesampainya di rumah, kebiasaan saya adalah ngucapin salam dengan kenceng, secepat itu si pus bangun dan berlari ke arah saya. Akhirnya, dia melepas kerinduan plus sedikit meraju hohohoho...langsunglah saya kasih makan, eh dia makan lahap banget ampe nambah lagi. Kejadian kaya gini dah dua kali terjadi dan semenjak itu kalau saya ada di rumah, dia selalu ngekor kemanapun,, mungil..mungil... kaya'nya dia cinta banget ma saya. Jadi, sekarang setiap mau pergi saya pasti pamit ma dia heleh..heleh...

gak bisa liat tas nganggur, pasti dia masuk ckckckck...

Sabtu, 21 Januari 2012

FEBRUARI & CAPPUCCINO


Gerimis menyapa lembut kota tua ini, ku hirup dalam udara, terasa begitu dingin menyejukkan. Ku jejakkan langkah kaki menuju sebuah taman di sebuah sudut kota, tak lupa ku bawa dua gelas kopi cappuccino kesukaan kita. 

Hari ini awal Februari, kita akan bertemu di taman yang sudah kita janjikan. “Setiap awal Februari, kita ketemuan ya, di tempat biasa”. “gak boleh telat, bawa cappuccino sekalian”, selalu seperti itu yang kau katakan disetiap akhir telponmu di 31 Januari. Itulah sebabnya aku selalu bahagia bila awal Februari, karna hanya 1 hari dalam setahun aku dapat bertemu denganmu.

Kuhentikan langkahku pada sebuah bangku yang masih kosong, itu artinya aku tidak terlambat, kau masih belum datang. Ku nantikan hadirmu di taman itu dengan menikmati cappuccino hangat nan harum. Ah, aku selalu suka wanginya, harum dan menyegarkan menelisip hingga syaraf-syaraf otakku, membuatku semakin rindu padamu.

Sepuluh tahun lalu ku mengenalmu, sampai saat inipun ku masih tak mengerti mengapa aku begitu menyayangimu. Apakah karna kau begitu baik atau jahat atau kau adalah orang yang sangat kesepian? Aku juga tak mengerti. Hanya saja aku selalu merasakan nyaman jika berada di dekatmu. Hhhh… cappuccino ini lah yang membuatku mengenalmu. Kau adalah mahasiswa paling bandel di kampus dan lebih parahnya kamu dan teman-temanmu senang sekali mengusili mahasiswa baru. Hingga di hari itu, karena keusilanmu aku benar-benar marah dan menyiramkan segelas cappuccino padamu.
Aku ingat betul, bagaimana raut wajahmu saat itu, merah masam berbagai jenis rupa dan setelah itu, sudah pasti hidupku jauh lebih sulit. Berbagai macam keusilanmu makin merajalela, tapi lama kelamaan karna terlalu sering berurusan denganmu, sedikit demi sedikit ku mulai mengenal seperti apa dirimu. Seseorang yang begitu kesepian dan itu menurutku sangat menyedihkan. Aku tidak terlalu ingat persisnya, tapi setelah itu kami menjadi teman baik yang saling menyayangi.
Kulirik arlojiku, sudah jam 8 malam dan cappuccino ku pun sudah ludes berpindah dalam perutku tapi kau masih juga belum datang. Ini adalah tahun kelima aku menantimu di sini, dibangku ini dan di taman ini seperti yang kita janjikan. Tak pernah ku lewatkan sekalipun hujan, aku selalu datang tepat waktu di sini, aku tak mau membuatmu kecewa walau pun aku tau mungkin atau bahkan kau takkan pernah datang kesini. Burung besi itu sudah menghempaskanmu ke laut lepas lima tahun lalu dan hingga kini tak pernah ku tahu dimanakah dirimu.

Minggu, 18 Desember 2011

INDAHNYA PERSAHABATAN

Sahabat, seberapa penting sich menurut kalian?
Atau percayakah kalian akan sahabat sejati?

Fungsi sahabat untukku : 

Seseorang yang selalu ada di setiap senyum kita dan saling memberi kebahagian satu sama lain. Akan sangat bahagia jika kita selalu bisa tersenyum bersama, seperti ini nich...


Saling mengingatkan ketika kita lupa, tentunya dalam hal-hal kebaikan.


Saling menguatkan ketika ada masalah dan saling mempercayai ketika ada keraguan.

so sweet

Teman belajar bareng


Teman untuk menyelesaikan basalah bareng


Saling menjaga ketika sakit (khususnya di jaman masih ngekost, ini terasa banget)


And finally, kembali ke hakikat dasar seorang sahabat pada umumnya. Sahabat adalah teman kumpul yang menyenangkan untuk senang-senang (ngeteh bareng, ngobrol, etc)

 minum2 alkoholnya jangan ditiru yaa...

i love this scene

inilah peran sahabat buat ku..
lalu bagaimana dengan kalian?

Cintai sahabat seperti mencintai diri kita sendiri
Taburlah cinta kasih dengan orang di sekelilingmu, kelak kamu akan memanen kebahagian dari mereka
to all my friends, i love you so much...

Rabu, 10 Agustus 2011

H A T I

Mentari terbit cerah hari ini, sinarnya kemilau menyilaukan. Tapi ada sehelai kabut pekat menutupi indahnya mentari itu. Kabut yang enggan pergi walau waktu mulai berlari beranjak meninggalkan pagi. Kabut itulah yang menyelimuti hati, tebal dan membuatnya tetap dingin membeku. Apa yang membuat hati ini berkabut sendu? Sakit hatikah? Atau ada badai air mata semalam?

Yaa…hati itu sedang sakit, malam itu memang ada badai yang begitu hebat mengacaukannya, mencabiknya, hingga luka tak terperikan. Luka itulah yang belum mengering ketika mentari datang menyapa membuat kabut yang begitu tebal. Luka itu begitu dalam membuatnya lambat mengering walaupun mentari sangat cerah.

Hati…aku tau kau sangat luka. Aku tau kau sangat perih, tapi jangan biarkan mentari menjadi kecewa ketika melihatmu terkulai tak berdaya. Biarkan ia membantumu mengusir kabut tebal yang enggan pergi dari mu dengan hangatnya. Karna ia “mentari” memiliki sejuta cinta dan kasih sayang untukmu wahai hati yang terluka.

Hati…ketika kau luka, aku belajar sebuah kebijaksanaan darimu. Sebuah kebjaksanaan yang tidak akan kita dapatkan hanya dengan sekedar membaca buku. Kebijaksanaan itu tumbuh dengan sendirinya seiring dengan usahamu “hati” untuk menjadi lebih kuat.

Hati seberapapun sakitnya lukamu, aku tau kau sekuat karang. Tetaplah tegar, jagalah “hati”mu agar selalu dipenuhi cinta dan kebijaksanaan. Tebarkanlah kasih sayang dengan hatimu, karna dengan demikian kau “hati” akan mendapatkan kembali kasih sayang itu dari “hati-hati” yang menyayangimu.

Minggu, 10 Juli 2011

Ruang Kotak-kotak


Ku kenakan kembali seragam kerjaku yang sudah lama tersembunyi dalam lemari. Ku raih dan kucium aromanya, wangi sekali. Bau kampert berpendar bersama pewangi pakaian. Wangi yang sangat ku suka, entah mengapa. Mungkin karna aku sedikit aneh, seperti kata mereka.

Sejak semalam, ketika aku memutuskan untuk kembali ke sebuah ruang kerja berkotak-kotak, sejak saat itu pula mulai ku kumpulkan sedikit demi sedikit serpihan semangat yang tersisa dari diriku,menyedihkan memang.

Dengan berbekal sedikit semangat dan secuil roti yang kumakan tadi pagi. Kini, ku berdiri di depan ruang berkotak-kotak itu. Masih sama, yah masih sama seperti ketika aku meninggalkannya sebulan yang lalu. Ruangan itu masih berkotak-kotak tersekat dengan sangat rapi. Sekat yang membuatku lari menjauh darinya dan aku pikir aku bisa mencabutnya, hingga ruangan itu menjadi lapang dan luas.

Sekat itu masih kokoh dengan egonya masing-masing. Mengukuhkan pendirian dan wilayah yang semakin dipertegas. Aroma persaingan berbau politik semakin jelas tercium. Seperti sebuah bangkai tikus yang terselip tak terlihat mata yang alpa. Segala permainan dari yang biasa hingga yang menegangkan ada di sana. Dari cerita yang fakta sampai yg fiksi berlaka dapat dibuat di sana.

Itulah ruangan tempatku mencari sesuap nasi, berkotak-kotak menjadi sekat yang sekokoh tembok cina. Maafkan aku jika akupun larut dalam sekat itu, karna aku tak mungkin lagi lari untuk yang kedua kali. Biarkan sekat itu semakin berwarna dengan sebuah sekat lagi yang ku buat di meja kerjaku.