Rabu, 10 Agustus 2011

H A T I

Mentari terbit cerah hari ini, sinarnya kemilau menyilaukan. Tapi ada sehelai kabut pekat menutupi indahnya mentari itu. Kabut yang enggan pergi walau waktu mulai berlari beranjak meninggalkan pagi. Kabut itulah yang menyelimuti hati, tebal dan membuatnya tetap dingin membeku. Apa yang membuat hati ini berkabut sendu? Sakit hatikah? Atau ada badai air mata semalam?

Yaa…hati itu sedang sakit, malam itu memang ada badai yang begitu hebat mengacaukannya, mencabiknya, hingga luka tak terperikan. Luka itulah yang belum mengering ketika mentari datang menyapa membuat kabut yang begitu tebal. Luka itu begitu dalam membuatnya lambat mengering walaupun mentari sangat cerah.

Hati…aku tau kau sangat luka. Aku tau kau sangat perih, tapi jangan biarkan mentari menjadi kecewa ketika melihatmu terkulai tak berdaya. Biarkan ia membantumu mengusir kabut tebal yang enggan pergi dari mu dengan hangatnya. Karna ia “mentari” memiliki sejuta cinta dan kasih sayang untukmu wahai hati yang terluka.

Hati…ketika kau luka, aku belajar sebuah kebijaksanaan darimu. Sebuah kebjaksanaan yang tidak akan kita dapatkan hanya dengan sekedar membaca buku. Kebijaksanaan itu tumbuh dengan sendirinya seiring dengan usahamu “hati” untuk menjadi lebih kuat.

Hati seberapapun sakitnya lukamu, aku tau kau sekuat karang. Tetaplah tegar, jagalah “hati”mu agar selalu dipenuhi cinta dan kebijaksanaan. Tebarkanlah kasih sayang dengan hatimu, karna dengan demikian kau “hati” akan mendapatkan kembali kasih sayang itu dari “hati-hati” yang menyayangimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar