Gerimis menyapa lembut kota tua ini, ku hirup dalam udara,
terasa begitu dingin menyejukkan. Ku jejakkan langkah kaki menuju sebuah taman
di sebuah sudut kota, tak lupa ku bawa dua gelas kopi cappuccino kesukaan kita.
Hari ini awal Februari, kita akan bertemu di taman yang
sudah kita janjikan. “Setiap awal Februari, kita ketemuan ya, di tempat biasa”.
“gak boleh telat, bawa cappuccino sekalian”, selalu seperti itu yang kau katakan
disetiap akhir telponmu di 31 Januari. Itulah sebabnya aku selalu bahagia bila
awal Februari, karna hanya 1 hari dalam setahun aku dapat bertemu denganmu.
Kuhentikan langkahku pada sebuah bangku yang masih kosong,
itu artinya aku tidak terlambat, kau masih belum datang. Ku nantikan hadirmu di
taman itu dengan menikmati cappuccino hangat nan harum. Ah, aku selalu suka
wanginya, harum dan menyegarkan menelisip hingga syaraf-syaraf otakku,
membuatku semakin rindu padamu.
Sepuluh tahun lalu ku mengenalmu, sampai saat inipun ku
masih tak mengerti mengapa aku begitu menyayangimu. Apakah karna kau begitu
baik atau jahat atau kau adalah orang yang sangat kesepian? Aku juga tak
mengerti. Hanya saja aku selalu merasakan nyaman jika berada di dekatmu. Hhhh…
cappuccino ini lah yang membuatku mengenalmu. Kau adalah mahasiswa paling
bandel di kampus dan lebih parahnya kamu dan teman-temanmu senang sekali
mengusili mahasiswa baru. Hingga di hari itu, karena keusilanmu aku benar-benar
marah dan menyiramkan segelas cappuccino padamu.
Aku ingat betul, bagaimana raut wajahmu saat itu, merah
masam berbagai jenis rupa dan setelah itu, sudah pasti hidupku jauh lebih
sulit. Berbagai macam keusilanmu makin merajalela, tapi lama kelamaan karna
terlalu sering berurusan denganmu, sedikit demi sedikit ku mulai mengenal
seperti apa dirimu. Seseorang yang begitu kesepian dan itu menurutku sangat
menyedihkan. Aku tidak terlalu ingat persisnya, tapi setelah itu kami menjadi
teman baik yang saling menyayangi.
Kulirik arlojiku, sudah jam 8 malam dan cappuccino ku pun
sudah ludes berpindah dalam perutku tapi kau masih juga belum datang. Ini
adalah tahun kelima aku menantimu di sini, dibangku ini dan di taman ini
seperti yang kita janjikan. Tak pernah ku lewatkan sekalipun hujan, aku selalu
datang tepat waktu di sini, aku tak mau membuatmu kecewa walau pun aku tau
mungkin atau bahkan kau takkan pernah datang kesini. Burung besi itu sudah
menghempaskanmu ke laut lepas lima tahun lalu dan hingga kini tak pernah ku
tahu dimanakah dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar