Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Mei 2011

Sebait Cinta Tuk Normayani

sebuah ucap kata menelusuk kalbu
menguntai asa yg kian menyesak
di setiap larik saraf otak

ketika angin berhembus
melenakan setiap orang akan sepoinya
terlena karna melenakan
maka ia akan kembali datang
dengan lebih menyakitkan

sayangku...
jangan kau harap lagi
angin lembut sepoi itu kembali datang
karna ia sesungguhnya
menghantarkan badai
ketika pagi akan menjelang

sayangku...
baiknya kau nantikan gerimis nan syahdu
di awal musin yang indah
karna ia akan membawa kesejukan
di hati lembutmu

Senin, 02 Mei 2011

Hujan Yang Singgah

By Artha Alhiyta

hujan telah membawa banyak kisah tentangnya
menyimpannya di sudut langit utara
hingga kelak ketika musimnya tiba
angin utara mengaraknya ke arahku
lalu menjatuhkannya di atas pijakanku
berebut turun seperti rindu akan bumi

pun hujan tahu bahwa ia hanya sementara
nanti mentari akan membuatnya menguap
melayang kembali membentuk awanawan
mungkin aku hanya berselisih waktu semusim
meski hujan tak pernah berjanji
tapi ia pasti kembali

hujan ini masih kerap singgah
mengulas kisah pada satu hari yang temaram
hingga senja mengajak mentari pulang

Hujanku Bagai Kehilangan Cermin

By Artha Alhitya

Aku mmenjulurkan telapak tanganku, saat itu juga terasa titik-titik dingin meresap pori-pori kulit. Hujan. Sudah lama aku tidak seperti ini merasakan air hujan membasahi tubuh. Aku rindu saat-saat aku berlarian dengan kaki telanjang, telapak kakiku menghantam permukaan aspal, sementara sepasang sepatu berwarna hitam  sengaja  dijinjing ditangan kanan. Aku tak peduli basah kuyup seluruh badan padahal yang kekenakan adalah seragam sekolah satu-satunya. Ah, peduli apa toh bunda selalu punya akal agar esok aku bisa menggunakannya lagi.

Sudah 20 tahun lewat masa itu. Perlahan kebahagiaan itu hilang dari ingatan karena terisi oleh pemandangan-pemandangan baru yang kutemui setiap pergantian waktu. Pemandangan dan kisah yang kadang membuatku terpana, takjub tak jarang juga membuatku meneteskan air mata. Bahkan aku lupa bagaimana wajahku mulai berubah setiap waktunya. Aku lupa untuk membawa cermin. bahkan aku pun tak mampu menyadari cermin itu telah retak dan  melukai orang lain. Entah bagaimana mengobati luka yang menggores. Maaf aku lupa. aku ingin mengucapkan itu. Kenyataannya tak sesederhana itu. Maaf dan memaafkan terlalu mudah untuk diucapkan tapi goresan itu ternyata masih membekas. Sulit dihilangkan. Walau bagaimana aku tak mampu memaksa bahwa orang lain mampu memakluminya. Hingga akhirnya aku mampu memaklumi bahwa memang tidak mudah untuk memaklumi sebuah luka. Dan aku percaya bahwa  ini adalah cermin pengganti untuk kisah selanjutnya.

Sabtu, 30 April 2011

Hening

By Artha Alhitya
Kembali kuingat kejadian sore kemarin.
Gadis kecil berbaju putih itu berlari sambil memeluk erat balonnya.
Mengecoh hujan dengan kakinya yang lincah berbalut sepatu putih.
Tapi, dia tidak menyadari, bercak-bercak merah menodai sepatunya.
Mengalir dari roknya yang luntur, dan dia juga tak menyadari bahwa roknya berwarna putih.
Karena mungkin ibunya tak sanggup membelikan rok merah yang baru.

Dia terus berlari, menerobos rerintik hujan.
Memeluk lebih erat agar balonnya tidak terbang, tidak terbawa hujan, atau mungkin tidak terkena petir yang menggelegar.
Dia tak mengenal takut.
Tiba-tiba, "Daaarrrr!!!!" pecahlah sudah balon putihnya itu.
Menangislah dia sejadi-jadinya saat itu, meratapi balonnya yang pecah, sambil memegang dadanya.
Tangisnya tak mereda bersamaan hujan, malah suaranya menggelegar menggantikan petir.
Menyambar, memecah telinga dan mendesakku berpikir.

Terkadang, bukan "apa" yang diberikan seseorang dalam hidup dan menjadi penting, tetapi "kenapa" seseorang melakukannya.
Terkadang kita terlalu "takut kehilangan" sesuatu, sedangkan kita sendiri "penyebab" sesuatu tersebut hilang.
Terkadang kita menginginkan sesuatu "kembali" seperti "semula", tetapi tidak menyadari bahwa "waktu" tidak "berjalan mundur"
Terkadang kita "meratapi nasib", tetapi tidak menyadari bahwa air mata "tidak menghapus" masa lalu kita.
Terkadang kita merasakan "sakit hati" berusaha menenangkannya dengan "memegang dada", tetapi seharusnya kita harus lebih banyak "bercermin".
Terkadang kita "membenci suatu peristiwa", tetapi ternyata itulah yang "mendewasakan" kita.

Teman, mari kita bantu gadis kecil itu, (yang tak lain adalah "ego" kita sendiri), dengan "caramu sendiri".
Karena yang bisa "menyelamatkanmu" cuma "dirimu sendiri".


menurutmu bagaimana??????

Rabu, 13 April 2011

Satu Jam Lebih Dekat

by  Artha Alhitya Part II

Titin Widiastuti , Prabandari Kusuma Ningtyas,
barangkali butuh satu musim untuk mengulas kembali cerita hari ini
derap laju waktu yang tak pernah terkejar
segera saja mengubur celotehceloteh sore
sisakan catatan pada jurnal usang

kelak selalu menjadi rahasia yang tak pernah terjawab dini

sementara suara tv berisi racauan, terbiar begitu saja
toh hanya sekedar tayangan yang itu melulu
apa ada yang lebih bisa dilewatkan ketimbang tawa canda?
jarang, bukan?

jika pukul lima sore adalah penanda sampai jumpa lagi
biar sesesap kopi dan kepul kretek
hilang bersama langkah senja berangsur
esok di tepi pagi pukul lima
kopi dan kepul kretek sore kemarin
adalah senyum di ingatan

*terima kasih telah berpuisi sepesial untukku *
"setiap moment tak pernah terulang kembali.."

ah khayalku bersamamu...
salam

Selasa, 12 April 2011

Memory Seikat Kembang Genjer

Kau bawakan kembali seikat kembang genjer untukku pagi ini. Sebuah senyum simpul indah menghias bibirmu. Seakan-akan berkata "sayang.. ku tepati janjiku padamu, tuk hantarkan penghias hatimu. Pengikat cintamu padaku".

Sekuntum kembang genjer kau titipkan padaku, sebagai pelipur lara dan pengobat rindu di dada. Sehingga sukma menjadi lang dan lega

Lagu Rindu Buat Yang Tersayang

kau katakan lagi sajak-sajak cinta memilukan kalbu
kau dendangkan lagu menyayat hati
membuat hatiku semakin bergetar
dan darah mulai mengalir menjalar memenuhi ruang kosong di otakku

belumlah kering dari ingatan ku tetang lagu yang kau dendangkan bulan lalu
kini kau sudah nyanyikan lagu baru kembali untukku
trimkasih sayang...karna kau selalu dendangkan lagu indah untukku
dan trimakasih pula kau sudah merangkaikan sajak indah bagiku

trimakasih untuk semuanya...
walaupun aku tau dendangmu menyakiti hatiku,
sajakmu memecah syaraf otakku
ku akan tetap mencintaimu, walau dengan cinta palsu

ku berharap kau tak lagi dendangkan lagu dan membuatkan sajak manis untukku
agar ku dapat mencintaimu dg setulus hatiku
maafkan aku sayang...

Sahabat

sahabatku………
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat…..
seberapa jauhpun kau berlari
dan sedalam apapun kau bersembunyi
dia pasti akan menemuimu
dalam sebuah episode kehidupanmu

sahabatku……
alangkah indahnya bila kau temui ia dengandada yang lapang
persilahkan ia masuk dalam bersihnya rumah hati
dan mengkilapnya lantai nuranimu
hadapi ia dengan senyum seterang mentari pagi
ajak ia untuk menikmati hangatnya teh kesabaran
ditambah sedikit penganan keteguhan

sahabat…….
dengan begitu
sepulangnya ia dari rumahmu
akan kau dapati
dirimu menjadi sosok yang tegar
dalam semua keadaan
dan kau pun akan mampu dan lebih berani
untuk melewati lagi deraan kehidupan
dan yakinlah sahabat……..
kaupun akan semakin bisa bertahan
kala badai cobaan itu menghantam

Cinta Seikat Kembang Genjer

by Artha Alhitya Part II

aku bawakan kau seikat kembang genjer
yang sengaja kusembunyikan dari mereka
sebab ini spesial sekali untukmu
kupetik sendiri dari rawarawa belakang rumah

aku selalu mengingatnya
ketika dulu kau kerap menantiku di depan rumah
hanya untuk seikat kembang genjer ini
bahkan, tak segan kau memesannya sepulang ku berdagang

"besok jangan lupa
bawakan aku seikat kembang genjer lagi ya", katamu

aku selalu tepati janjiku
kusisakan seikat untukmu
sengaja tak kujual pada mereka
ya, aku memang tak bisa memberimu mawar
dan sebagai gantinya
seikat kembang genjer inilah bukti cintaku padamu

kini, kembang genjer inilah yang telah membuatmu ada di sini
pun aku tak pernah lupa membawakannya setiap pagi
sebab dalam semangkuk tumis kembang genjer ini
kau selalu menyajikannya dengan penuh cinta

Kamis, 10 Maret 2011

Curhat hari ini


Teriakku pecah membahana, larung segala gundah di jiwa
Pecah membuncah memekik, setiap lorong raga
Ketika setiap jengkal otakku, menolak kompromi
Aku menyeruak, menghambur segala penat di kepala
Inilah aku sampai di titik jenuh ku

Kau bilang, aku cukup mengatakan pada gerimis
Karna ia akan menyampaikan segala keluh kesahku padamu
Kau bohong, aku tak percaya lagi padamu
Gerimis tak datang menemuiku, ia tak mendengar keluh kesahku
Ingin ku katakana pada angin, tapi ia tak ingin menemuimu
Aku harus bercerita pada siapa, agar kau tau
Apakah embun akan mendengarkanku,
Apakah embun akan menyampaikan keluh kesahku padamu

Aku hanya ingin mengatakan, aku rindu padamu
Itu cukup sudah menenangkan hatiku
Maafkan aku, tak mungkin aku menunggu hingga gerimis datang padaku
Aku percaya embun pun akan menyampaikan rinduku padamu

Jumat, 25 Februari 2011

Titik Bukan Berarti Berhenti

oleh Artha Alhitya Part II pada 10 Februari 2011 jam 10:31

angin kabarkan sesuatu tentang gelapnya cuaca hari ini
musim terlanjur menggurita
awan selalu sembunyikan tanya
gerimis mengikis senyum
sisakan tanda
mengapa

tenanglah jiwaku
titik bukan berarti semua harus berhenti
setiap titik selalu mempunyai awal
janganlah hatimu kau lukai diri, bangkitlah
justru disitulah awal perjuangan baru
justru disitulah susunan molekul energi baru kan tersusun
untuk terus melaju membentuk untaian waktu

tenanglah hatiku
titilk bukan berarti semua tak berarti
setiap titik yang kau kumpulkan kan selalu membentuk rona
janganlah optimismemu selama ini hilang hanya karena angin lalu
justru disitulah titik membentuk rona semangat baru untuk terus melaju
justru disitulah helai untaian waktu kan terus bersamamu
menyusun senyum, tuk melangkah
membawa matahari dipangkuanmu

Lempar Senyum Sembunyi Luka, Detikmu Berair Mata

oleh Artha Alhitya Part II pada 05 Februari 2011 jam 12:40


Detik mungkin aku tak berhak hadir disini
Ketika kubaca detikmu murung
Bergerak dengan beban yang bersilih
Dan detikmu berairmata
Tak perlu engkau jawab,biarkan aku
Menemani detikmu disini.

Ketika riuh hatimu tertetes lara
Dan rindu-rindumu tersumbat
Biarkan tangan batinku menyeka pipimu
Biarkan tuturku membelai rindumu
Kuingin detikmu binar meski gelap
Bersandinglah dalam sekedar sejuk,yang kuusung
Tanpa tanda tanya.

Detik maaf kufigura wajahmu direlung
Hingga kubebas meletakkanmu didinding
Meski tanpa harus kau tau
Arah-arah hati yang berharap kau tenang
Dalam debur luka yang bertubi
Berombak dalam detak- detak detikmu

Detik berserahlah.....

Kamis, 17 Februari 2011

Ayah

gurat senyum tipis
menghias indah wajahmu
lekuk kerinduan
terpancar dari bening matamu


kuat nan lembut
tangan kokohmu
usap rambutku
melepas segala kerinduanmu


ayah....
ku pandang lekat wajahmu
kerut halus keningmu
menandakan usiamu


ayah....
trimakasihku untukmu
trimakasih karna kau tetap setia usap lembut rambutku
trimakasih atas kasih sayangmu padaku
trimakasih untuk segala yang kau berikan padaku


i love you dad...
forever... 

Rabu, 16 Februari 2011

Seandainya Kau Tahu Rindu Hati Ini

Tertulis rasa
Hati yang pernah keluarkan resah
Kemudian gelisah

Jalinan pernah ada
Antara aku-kau
Perjalanan yang kita janjikan
Akan menuju ke mana dituju, saat itu
Dan pikiranku kau ganggu

Udara mengabar
Menyelinap masuk paru-paru
Aroma mint berputar
Tak ingin keluar
Membawa masuk masa lalu

Ah!
Aku yang dikoyak-koyak rindu
Sedang kau tak pernah tahu

oleh Artha Alhitya Part II pada 08 Februari 2011 jam 12:26

Hujan Terakhir

mari berjingkat bersamaku
hujan terakhir sebelum musimnya berlalu
jika kau tak bisa berada di bawah rinaiku
cukuplah berdiri di tepi jendela
maka percikku akan menghampirimu

di tiap bulirnya ada kesejukan
semacam senyawa yang membuatmu tersenyum
dan lihatlah betapa bocahbocah riang bermain denganku
apa kau tak merasa ingin seperti mereka?
ayolah, mari berjingkat denganku
atau sekedar rasakan tiap bulirku dengan tanganmu

aku, hujan terakhir sebelum musim semi tiba
tiga musim berikutnya
aku akan sangat rindu pada bumi
dan kuharap kau juga merinduku
maka aku akan kembali menyapamu
di musim basah berikutnya

Lampung , 070211
- Artha Alhitya Dane -

Aku dan Harapanku

Terseok waktu berjalan

hingga begitu tertatih

lelah penat menjalar sekujur tubuh


sementara itu,

mentari gagah menantang

hingga menggoda peluh


segurat asa kugantung tinggi

menancap menghujam ke jiwa

memasung pikiranku

pada sebuah kehidupan

secerah mentari...

(siang hari di klas 8B)

Senin, 14 Februari 2011

Diantara Pilihan Hati

oleh Artha Alhitya Part II pada 26 Desember 2010 jam 15:59

Kelak aku tak akan bertanya padamu dipersimpangan itu
Mengikutiku atau aku meninggalkanmu
Aku tak peduli pada apa yg telah kita lewati
Aku hanya tahu bagaimana nanti
Dan untuk itu, aku masih menggenggam tanganmu

Sekarang kita disini
Yang didepan kita adalah pilihan
Yang aku ingin , biarlah hati kita memilih

Apakah kita akan berhenti disini?
Atau aku bisa tetap menggenggam tanganmu hingga nanti.

Ingatlah dan Ingatlah Aku (Puisi Cinta)

Semoga akan selalu kau ingat

Tentang sore saat kau nyata disini


Duduk disampingku, hingga seseorang mengusir kita


Semoga akan selalu kau ingat


Saat aku mencium keningmu


Harum rambutmu membuatku tak peduli beberapa pasang mata yang melihat kita 


Semoga akan selalu kau ingat


Erat genggam tanganku yang enggan kulepaskan sampai mereka iri pada kita


Ingatlah dan ingatkan aku


Kelak, tentang sore itu akan jadi kenangan


Aku akan mengingatnya setiap kali aku rindu

By.Artha


Minggu, 13 Februari 2011

Kau dan Aku

Semilir angin tebarkan aroma rindu

mangalun melambai syahdu

berderak berarak menggugurkan dedaunan

wangi angin menambah kekhusukan



raut wajah itu masih ku ingat dengan jelas

senyum manis lesung pipitmu pun masih menggantuk dipelupuk mataku

gurau candamu pun masih terdengar jelas di telingaku



aku masih duduk disini, sama seperti tahun yang lalu

taman ini pun masih seperti dulu

setahun sudah kau meninggalkanku

meninggalkan kenangan manis kita dulu



Kau bagian hidupku

Takkan ku melupakanmu

Istirahatlah dalam damaimu

Ku tetap menyayangimu

Karna kau terbaik bagiku

(Mengenang Alm. I. Erwani, semoga kau tenang di sisi-Nya)

Sabtu, 12 Februari 2011

Curhat Kamis Kelabu

manis bibirmu bicara, tarik perhatianku
kau buat ku percaya, dengan rayuanmu
lega hati ini, berkurang sesak di dada

melangkah ku pergi dengan harapan yang kau beri
tapi mengapa kau sapu mata ini dengan debu 
debu yang sangat perih

gelimang air mata bercucuran
sesak dada menghimpit rasa
duniaku berputar mengusir ku pergi
sepi sendiri menari menghantui

gelak tawamu menyayat hati
segurat sembilu kau torehkan
oohhh..

kau takut aku membayangimu
hingga bayang-bayangku menutupimu
kau takut tidak lagi terlihat
kau takut orang pergi meninggalkanmu
apa kau berfikir begitu?

ahh...
kau salah jika menganggapku menutupimu
kau salah jika menganggapku merebut pesonamu
semua yang kau pikirkan itu salah
aku tidak pernah begitu

tidak pernah terfikir sedikitpun tentang itu
yang terlintas dalam benakku..
hanya menjadikanmu temanku
dan juga sandaranmu disaat kau membutuhkannya
percayalah pada ku


(Suatu sore di RS. Azka Medika, teruntuk temanku .........)