Minggu, 10 Juli 2011

Ruang Kotak-kotak


Ku kenakan kembali seragam kerjaku yang sudah lama tersembunyi dalam lemari. Ku raih dan kucium aromanya, wangi sekali. Bau kampert berpendar bersama pewangi pakaian. Wangi yang sangat ku suka, entah mengapa. Mungkin karna aku sedikit aneh, seperti kata mereka.

Sejak semalam, ketika aku memutuskan untuk kembali ke sebuah ruang kerja berkotak-kotak, sejak saat itu pula mulai ku kumpulkan sedikit demi sedikit serpihan semangat yang tersisa dari diriku,menyedihkan memang.

Dengan berbekal sedikit semangat dan secuil roti yang kumakan tadi pagi. Kini, ku berdiri di depan ruang berkotak-kotak itu. Masih sama, yah masih sama seperti ketika aku meninggalkannya sebulan yang lalu. Ruangan itu masih berkotak-kotak tersekat dengan sangat rapi. Sekat yang membuatku lari menjauh darinya dan aku pikir aku bisa mencabutnya, hingga ruangan itu menjadi lapang dan luas.

Sekat itu masih kokoh dengan egonya masing-masing. Mengukuhkan pendirian dan wilayah yang semakin dipertegas. Aroma persaingan berbau politik semakin jelas tercium. Seperti sebuah bangkai tikus yang terselip tak terlihat mata yang alpa. Segala permainan dari yang biasa hingga yang menegangkan ada di sana. Dari cerita yang fakta sampai yg fiksi berlaka dapat dibuat di sana.

Itulah ruangan tempatku mencari sesuap nasi, berkotak-kotak menjadi sekat yang sekokoh tembok cina. Maafkan aku jika akupun larut dalam sekat itu, karna aku tak mungkin lagi lari untuk yang kedua kali. Biarkan sekat itu semakin berwarna dengan sebuah sekat lagi yang ku buat di meja kerjaku.